Jumat, 30 November 2018

Makala Lab Manajemen Komputer


MAKALA CAPM DAN APT

Description: Description: D:\WALLPAPER\bz2gpbkN_400x400.png


DOSEN:
Sofyan, SE, MM, AAUI

DISUSUN OLEH:

Ahmad Faruq M
Aziz Ko Hidayat
Dede Noor Andiansyah
Ibnu Abdur Rahman
Muhammad Rivaldi
Elvira Amanda A
Zaenur Nakdis
Diffa Ramadhan
Nurhadiyanto
Musliyanto
Dimas Anjar P



SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BISNIS INDONESIA
Jalan Raya Kebayoran Lama No.46 Jakarta Barat 11560
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
CAPM pertama kali diperkenalkan oleh Sharpe, Lintner, dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. Menurut Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, MBA, CWM, CAPM adalah Model yang menghubungkan tingkat return harapan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari suatu aset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) bukanlah satu-satunya teori yang mencoba menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar, atau bagaiman menentukan tingkat keuntungan yang dipandang layak untuk suatu investasi. Ross (1976) merumuskan suatu teori yang disebut sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT). Kalau pada CAPM analisis dimulai dari bagaimana pemodal membentuk portofolio yang efisien (karena market portfolio yang mempunyai kedudukan sentral dalam CAPM merupakan portofolio yang efisien), maka APT mendasarkan diri konsep satu harga (the law of one price ).
APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda ( hukum satu harga). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga yang berbeda maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage, yaitu dengan membeli aktiva yang berharga murah dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi pada saat yang sama sehingga dapat diperoleh laba tanpa resiko.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana mengaplikasikan model-model keseimbangan (CAPM (Capital Asset Pricing Model) dan APT (Arbitrage Pricing Theory)).
BAB II
LANDASAN TEORI

Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang  dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik.

2.1.1 Risiko dan Return
Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1.      Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
2.      Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
3.      Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
4.      Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
5.      Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.

Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Dalam penilaian mengenai risiko biasanya saham biasa digolongkan sebagai investasi yang berisiko. Risiko sendiri berarti kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang diharapkan (possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah dari kemungkinan fluktuasi (amount of potential fluctuation).
Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portfolio menjadi investasi yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis (systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.

2.1.2 Persamaan CAPM
Persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah :
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rp = Risk premium
Bila nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar seperti yang diukur indek pasar (market index)
β adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham. Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. β < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum (general market index).
Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor β dinyatakan sebagai:
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market as a whole
βs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu

2.1.3 Resiko Sistematis Dan Resiko Tidak Sistematis
Dalam teori portofolio modern telah diperkenalkan bahwa risiko investor toral dapat dipisakan menjadi dua reiko, atas dasar apakah suatu jenis resiko tertentu dapat dihilangkan dengan sistematis dan resiko tidak sistematis. Esiko sisematis atau dikenal dengan resiko pasar – beberapa penyebut menyebut sebagai resiko umum – merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara keseluruhan. Perubahan asar tersebut akn mempengaruhi variabilitasretur suatu investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasi.
Sedangkan resiko yang tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Resiko perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio.

2.1.4 Garis Pasar Modal (Capital Market Line)
Hubungan antara risiko dan return portofolio efisien akan menghasilkan garis pasar sekuritas modal (capital market line, CML), sementara hubungan antra risiko dan return sekuritas individual akan menghasilkan garis pasar sekuritas (security market line, CML).
Garis pasar modal menggambarkan hubungan antara return harapan dengan resiko total dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang.
Slope CML dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
E(RM) - RF = Slope CML                   
      σM               

Slope mengindikasikan tambahan return yg disyaratkan untuk setiap kenaikan 1% risiko portofolio
Persamaan CML :

2.1.5 Garis Pasar Sekuritas
Garis pasar sekuritas atau security market line (SML) adalah garis yang menghubungkan tingkat retun harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). SML digunakan untuk menilai sekuritas secara individual pada kondisi pasar yang seimbang, yaitu menilai tingkat return yang diharapkan dari suatu sekuritas individual pada suatu tingkat risiko sistematis tertentu (beta). Sedangkan CML, seperti telah dijelaskan sebelumnya, bisa dipakai untuk meniali tingkat return diharapkan dari suatu portofolio yang efisien, pada suatu tingkat risiko portofolio efisien tertentu (σP).

Return harapan dari sekuritas i terdiri dari dua komponenutama penyusun tingkat return yang disayaratkan investor (required rate of return), yaitu tingkat return yang bebas risiko dan premi risiko. Tingkat retun yang diharapkan adalah dalam jumlah yang minimum. Retun yang diharapkan investsor untuk berinvestasi pada suatu sekuritas tertentu. Secara sistematis, hubungan tersebut bisa digambarkan persamaan berikut:
Ki ­= tingkat risiko asset bebas risiko + premi risiko
                 = RF + βi [E(RM) – Rf]
Dalam hal ini
Ki        = tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM) = return portofolio pasar yang diharapkan
Βi        = koefisien beta sekuritas i
RF       = tingkat return bebas risiko

Dari rumus di atas kita dapat mengetahui besarnya premi risiko untuk sekuritas i (risk premium). Premium risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalihkan beta sekuritas tersebut dengan premium risiko pasar (market risk premium). Sedangkan premium risiko pasar adalah selisi antara return harapan pada portofolio pasar E(RM) dengan tingkat return bebas risiko (RF).
Premi risiko sekuritas i = βi (market risk premium)
                                      = βi (E(RM) – Rf)
2.2. Pengertian  Arbitrage Pricing Theory (APT)
Konsep yang digunakan dalam Arbitrage Pricing Theory adalah hukum satu harga (the law of the one price). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko.
Ross (1975) merumuskan suatu teori yang disebut Arbitrage Pricing Theory (APT), teori ini didasarkan pada pemikiran yang menyatakan bahwa 2 kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik identik tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda, lebih lanjut teori ini mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan dalam industri. Korelasi diantara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena sekuritas-sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama.
Copeland (1997) menyatakan bahwa paling sedikit ada 3 atau 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan harga dari surat-surat berharga. Hal ini menunjukkan bahwa teori APT mendorong adanya pengembangan penelitian berdasarkan variabel atau faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan sebuah sekuritas. Faktor-faktor itu dapat dilihat dari kinerja fundamental perusahaan, kinerja saham di pasar, ataupun keadaan pasar dan perekonomian.
APT didasari oleh pandangan bahwa return harapan untuk suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko.
Faktor-faktor risiko tersebut akan menunjukkan kondisi ekonomi secara umum, dan bukan merupakan karakteristik khusus perusahaan. Faktor-faktor risiko tersebut harus mempunyai karakteristik seperti berikut :
1.      Masing-masing factor risiko harus mempunyai pengaruh luas terhadap return saham-saham di pasar. Kejadian-kejadian khusus yang berkaitan dengan kondisi perusahaan, bukan merupakan factor risiko APT.
2.      Faktor-faktor risiko tersebut harus mempengaruhi return harapan. Untuk itu perlu dilakukan pengujian secara empiris, dengan cara menganalisis return saham statistik, untuk melihat bagaimana faktor-faktor risiko tersebut berpengaruh secara luas terhadap return saham.
3.      Pada awal periode, factor risiko tersebut tidak dapat diprediksikan oleh karena faktor-faktor risiko tersebut mengandung informasi yang tidak diharapkan atau bersifat mengejutkan pasar (ada perbedaan antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang sebenarnya).
Dengan demikian, hal penting yang perlu diamati adalah besarnya penyimpangan (deviasi) nilai actual factor risiko tersebut dari yang diharapkan. Sebagai contoh, jika suku bunga diperkirakan naik 10% per tahun, dan ternyata kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi adalah 15% maka penyimpangan sebesar 5% inilah yang akan mempengaruhi return actual selama periode tersebut.
APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda (hukum satu harga). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga yang berbeda maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage, yaitu dengan membeli aktiva yang berharga murah dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi pada saat yang sama sehingga dapat diperoleh laba tanpa risiko. Atau dengan kata lain arbitrage adalah memperoleh laba tanpa risiko dengan memanfaatkan peluang perbedaan harga asset atau sekuritas yang sama. Aktivitas arbitrage menjadi elemen penting pasar sekuritas yang modern dan efisien. Karena laba arbitrage secara definisi tidak berisiko, semua investor mempunyai insentif untuk memanfaatkan peluang tersebut jika mereka mengetahuinya.

2.2.1 Teori Penetapan Harga Arbitrasi (APT)
Telah dijelaskan di atas bahwa APT mendasarkan diri atas hukum satu harga. Sebelum kita membandingkan CAPM dengan APT, marilah kita amati apa yang terjadi kalau misalnya hukum satu harga tidak berlaku.
Arbitrase (arbitrage), yang dalam dunia ekonomi dan keuangan adalah praktik untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan harga yang terjadi di antara dua pasar keuangan.          Seorang yang melakukan arbitrase disebut "arbitraser" atau dalam istilah asing disebut juga arbitrageur. Istilah ini utamanya digunakan dalam perdagangan instrumen keuangan seperti obligasi, saham, derivatif, komoditi dan mata uang.
Apabila harga pasar tidak memungkinkan dilakukannya arbitrase yang menguntungkan, maka harga tersebut merupakan ekuilibrium arbitrase atau juga dikenal dengan istilah arbitrage equilibrium atau pasar bebas arbitrase. Ekulibrium atau keseimbangan arbitrase ini adalah prakondisi dari teori keseimbangan umum atau general equilibrium.


Meskipun demikian, APT, tidak seperti CAPM, tidaklah mengasumsikan
a.       Cakrawala waktu satu periode,
b.      Tingkat keuntungan berdistribusi normal,
c.       Mempunyai fungsi utilitas tertentu,
d.      Terdapat atau bias diidentifikasikan, portofolio pasar, dan
e.       Pemodal bias menyimpan dan meminjam pada tingkat bunga bebas risiko.
           
            Asumsi yang unik untuk APT adalah bahwa pemodal bisa melakukan short selling secara tidak terbatas.
Contoh: Misalkan APT dengan faktor tunggal terdapat dua portofolio yang equilibrium dengan karakteristik sebagai berikut:
Portofolio Equilibrium
X
13%
1,5
Y
10%
0,8
Berdasarkan data tersebut diatas buatlah persamaan APT equilibrium?
Penyelesaian:
Persamaan;      Portofolio X 0,13 =  + 1,5
                        Portofolio Y 0,10 = 0,8
Selisih persamaan portofolio X dan Y; 0,03= 0,7
                                                            = 0,0429 = 4,29%
Nilai      0,13     =+ 1,5
                        0,13     =  + 1,5 (0,0429)
                        0,13     =+ 0,06435
                                = 0,13 – 0,06435
                                = 0,06565 = 6,56%
Maka persamaan APT equilibriumnya:  = 6,56% + (4,29%)
2.      Arbitrage Pricing untuk dua factor
APT bisa merumuskan tingkat keuntungan suatu saham yang dipengaruhi oleh lebih dari satu faktor. Pada bagian ini akan disajikan bagaimana proses Arbitrase akan terjadi seandainya hukum saru harga tidak berlaku, dan pembentukan harga dipengaruhi oleh dua faktor. Untuk itu akan disajikan contoh numerikal untuk memperjelas ide APT,
Misalkan model dengan dua indeks berikut ini menjelaskan bagaimana tingkat keuntungan suatu saham ditentukan.
Dalam hal ini  (j = 1 sampai 2) adalah nilai indeks j yang mempengaruhi tingkat keuntungan saham i.  adalah tingkatan keuntungan yang diharapkan untuk saham i apabila semua indeks mempunyai nilai nol.   menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan saham i terhadap indeks j, dan  adalah random error term.
Apabila seorang pemodal membentuk portofolio yang diversifikasikan dengan baik, rasio residual akan mendekati nol dan hanya risiko sistematislah yang relevan. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko sistematis dalam persamaan di atas adalah . Karena pemodal tersebut berkepentingan dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko, ia hanya akan berkepentingan dengan .
Contoh: Misalkan kita mempunyai tiga portofolio dengan karakteristik sebagai berikut:
Portofolio
X
15%
1,0
0,6
Y
14%
0,5
1,0
Z
10%
0,3
0,2
Berdasarkan data tersebut diatas buatlah persamaan APT equilibrium?
Penyelesaian:
Persamaan;      Portofolio X      
                        Portofolio Y      
                        Portofolio Z 
Dari ketiga persamaan portofolio tersebut diatas disubstitusikan untuk mencari nilai: nilai  ; nilai  dan nilai .
Portofolio X    0,15 =  
Portofolio Y    0,14 =  _
                        0,01 =  
                        0,01 =   
Portofolio Y    0,14 =  
Portofolio Z    0,10 =  _
                        0,04 =  
                        0,04 =   
0,01 =  x 2    0,02     = 
0,04 =   x 5   0,20     = 1 –
                                                -0,18    =0 
                                                    = 0,18
                                                         = 0,0375 = 37,5%
Jika nilai diketahui maka nilai   dapat dicari dengan menggunakan salah satu persamaan diatas (persamaan 0,01 = 0,5   - 0,4   atau persamaan 0,04 = 0,2   + 0,8), misal kita pakai persamaan:
0,04 = 0,2   + 0,8          0,04     = 0,2   + 0,8(0,0375)
                                                0,04     = 0,2   + 0,03 0,04 –
                                                0,03     = 0,2   
                                                0,01     = 0,2    
                                                         = 0,05 = 5%


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Aplikasi CAPM

Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
           
Model yang dikembangkan CAPM menjelaskan bahwa tingkat return yang diharapkan adalah penjumlahan dari return aset bebas risiko dan premium risiko. Premium risiko dihitung dari beta dikalikan dengan premium risiko pasar yang diharapkan. Premium risiko pasar sendiri dihitung dari tingkat return pasar yang diharapkan dikurangi dengan tingkat return aset bebas risiko. Bentuk matematika CAPM.
            Rf biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia umumnya risk free aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank Indonesia. βs didekati dengan menghitung data time series saham dengan data return pasarnya.
            Rm didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung mendapatkan nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara memprediksi historisnya yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan return IHSG tahun x-1. Dari definisi CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang periode yang lalu. Untuk mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat return IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara analisis faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan regresi dari IHSG dan faktor yang mempengaruhinya.  Dan terakhir anda harus memprediksi nilai dari faktor yang mempengaruhi IHSG untuk x periode yang anda tentukan. Cara lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil penelitian empiris dari peneliti lain.


Aplikasi Menghitung Rs
            Suatu sekuritas x yang mempunyai Expected Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai betanya 1.2, apakah sekuritas x ini layak di beli atau tidak?
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Rf = misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun)
Rm = misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun, didapatkan dengan cara memprediksi return) βs = 1.2 Sehingga
Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 – 0.06)
Rs = 0.06 + 1.2 (0.2)
Rs = 0.06 + 0.24
Rs = 0.3 (30%)
            Kesimpulan, dengan nilai beta 1.2, apabila return yang diperoleh hanya 27%, maka harga sekuritas terlalu mahal, karena return wajarnya adalah 30%
Aplikasi Beta
            Nilai β dapat dihitung sendiri menggunakan data time series suatu saham/industri dan time series return suatu pasar (misalnya IHSG, NYSE, dll),
Contoh perhitungan:
a.       Return saham X dibandingkan dengan pasar
            tahun 1-return saham X = -0.05,         return pasar -0.12
            tahun 2-return saham X =  0.05,         return pasar = 0.01
            tahun 3-return saham X =  0.08,         return pasar = 0.06
            tahun 4-return saham X =  0.15,         return pasar = 0.10
            tahun 5-return saham X =  0.10,         return pasar = 0.05
Sehingga rata-rata return saham X adalah 0.066 dan Rata-rata return pasar adalah 0.02
b.      Menghitung deviasi return saham X
            tahun 1 = -0.1160
            tahun 2 = -0.0160
            tahun 3 = 0.0140
            tahun 4 = 0.0840
            tahun 5 = 0.0340

c.       Menghitung deviasi return pasar X:
            tahun 1 = -0.14000
            tahun 2 = -0.0100
            tahun 3 = 0.0400
            tahun 4 = 0.0800
            tahun 5 = 0.0300
Kalikan masing masing deviasi return saham dengan deviasi return pasar:
            tahun 1 = -0.1160 x -0.14000 = 0.0162
            tahun 2 = -0.0160 x -0.0100 = 0.0002
            tahun 3 = 0.0140 x 0.0400 = 0.0006
            tahun 4 = 0.0840 x 0.0800 = 0.0067
            tahun 5 = 0.0340 x 0.0300 = 0.0010
            Jumlah = 0.0247
Pangkat duakan deviasi return pasar
            tahun 1 = -0.14000^2 = 0.0196
            tahun 2 = -0.0100^2 = 0.0001
            tahun 3 = 0.0400^2 = 0.0016
            tahun 4 = 0.0800^2 = 0.0064
            tahun 5 = 0.0300^2 = 0.0009
            Jumlah = 0.0286
Sehingga Beta untuk saham X adalah 0.0247/0.0286 = 0.86

Aplikasi Garis Pasar Modal (Capital Market Line)
            Dalam kondisi pasar yang seimbang, terurn harapan pada portofolio pasar adalah 15% dengan deviasi standar sebesar 20%. Tingkat return bebas risiko sebesar 8%. Slope CML akan sebesar:
            (0,15 – 0,08) : 0,20 = 0,35
            Dengan demikian, slope CML sebesar 0,35 ini dapat diartikan bahwa setiap terjadi kenaikan 1% risiko portofolio, maka tambahan return yang disyaratkan oleh pasar 0,35%. Dengan mengetahui slope CML dan garis intersep (RF) tersebut, maka kita dapat membentuk persamaan CML tersebut menjadi :
E(RP) = RF + E(RM) - RF                                                            
                        σM
Dalam hal ini :
E(RM) = Tingkat return harapan untuk suatu portofolio yang efisien pada CML
RF       = Tingkat return pada asset yang bebas yang risiko
E(RM) = Tingkat return portofolio pasar (M)
σM      = Deviasi standar return pada portofolio pasar
σP        = Deviasi standar portofolio efisien yang ditentukan
           
            Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa tingkat return harapan dari setiap portofolio yang efisien pada CML adalah penjumlahan tingkat retun bebas risiko (RF) dengan hasil perkalian antara harga pasar resiko (slope CML) dan risiko portofolio (σP) tersebut.
            Dari uraian di atas, beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari penjelasan mengenai garis pasar modal (CML) adalah sebagai berikut :
1.      Garis pasar modal terdiri dari portofolio efisien yang merupakan kombinasi dari asset berisiko dan asset bebas risiko.Portofolio M, merupakan portofolio yang terdiri dari asset berisiko, atau disebut dengan portofolio pasar. Sedangkan titik RF, merupakan pilihan asset bebas risiko. Kombinasi atau titik-titik portofolio di sepanjang garis RF-M ini, selanjutnya merupakan portofolio yang efisien bagi investor.
2.      Slope CML akan cenderung positif karena adanya asumsi bahwa investor bersifat risk averse. Artinya investor hanya akan mau berinvestasi pada asset yang berisiko, jika mendapatkan kompensasi berupa retun harapan yang lebih tinggi. Dengan demikian, semakin besar risiko suatu investasi, semakin besar pula return harapan.
3.      Berdasarkan data historis, adanya risiko akibat perbedaan return actual dan return harapan akan bisa menyebabkan slope CML yang negative. Slope negative ini terjadi bila tingkat return actual portofolio pasar lebih kecil dari tingkat keuntungan bebas risiko.
4.      Garis pasar modal dapat digunakan untuk menentukan tingkat return harapan untuk setip risiko portofolio yang berbeda.



Garis Pasar Sekuritas
            Ki ­= tingkat risiko asset bebas risiko + premi risiko
                 = RF + βi [E(RM) – Rf]
Dalam hal ini
Ki                    = tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM)             = return portofolio pasar yang diharapkan
Βi                    = koefisien beta sekuritas i
RF                   = tingkat return bebas risiko

            Dari rumus di atas kita dapat mengetahui besarnya premi risiko untuk sekuritas i (risk premium). Premium risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalihkan beta sekuritas tersebut dengan premium risiko pasar (market risk premium). Sedangkan premium risiko pasar adalah selisi antara return harapan pada portofolio pasar E(RM) dengan tingkat return bebas risiko (RF).
Premi risiko sekuritas i = βi (market risk premium)
                                     = βi (E(RM) – Rf)
            Diasumsikan Beta saham PT Gudang garam adalah 0,5 dan tingkat return bebas resiko (Rf) adalah 1,5 %. Tingkat return pasar yang diharapkan diasumsikan sebesar 2%. Dengan demikian, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan investor untuk saham PT Gudang Garam:
 Ki       = 0,015 + 0,5 (0,02 – 0,015)
            = 1,75%

3.2 Perbandingan CAPM dengan APT
            Seperti CAPM, APT menekankan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan tergantung pada pengaruh factor-faktor makro ekonomi dan tidak oleh risiko unik. Kita bisa menganggap faktor-faktor yang ada dalam arbitrage pricing sebagai portofolio-portofolio khusus yang cenderung dipengaruhi oleh pengaruh bersama. Apabila expected risk premium masing-masing portofolio tersebut proporsional dengan market beta portofolio, maka APT dan CAPM akan memberikan hasil yang sama. Kalau tidak, maka hasilnya pun berbeda pula.
            Apabila kedua teori ini dibandingkan, daya tarik APT adalah bahwa kita tidak perlu mengidentifikasikan market portofolio ( yang diperlukan untuk menghitung beta dalam CAPM). Karena itu kita tidak perlu khawatir dengan perhitungan marketportofolio, dan secara teoritis kita bisa menguji APT meskipun kita hanya memiliki sejumlah saham yang berisiko. Disamping itu APT memungkinkan pembunuhan lebih dari satu faktor untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan.
            APT tidak menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pricing. Berbeda dengan CAPM yang menyatukan semua faktor makro kedalam satu factor, yaitu return market portofolio. Maka APT sangat bermanfaat bila kita bisa melakukan :
a.       Mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor-faktor makro ekonomi
b.      Mengukur expected return dari masing-masing faktor tersebut
c.       Mengukur kepekaan masing-masing saham terhadap faktor-faktor tersebut

            APT bisa menggunakan faktor-faktor yang lebih dari satu. APT tidak menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan. Sehingga faktor-faktor tersebut harus dicari dari beberapa penelitian empirik. Roll dan Ross melaporkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan yaitu :
a.       Perubahan inflasi yang tidak diantisipasi.
b.      Perubahan Produksi Industri yang tidak diantisipasi.
c.       Perubahan dalam premi risiko (perbedaan antara obligasi dengan grade yang tinggi dengan yang rendah) yang tidak diantisipasi.
d.      Perubahan slope dari kurva hasil (yield curve) yang tidak diantisipasi (kurva hasil menunjukkan hubungan antara return dengan maturity).




BAB IV
KESIMPULAN

            Perbedaan antara kedua model tersebut terletak pada perlakuan APT terhadap hubungan antar tingkat keuntungan sekuritas. APT mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan industri. Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena sekuritas- sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor atau faktor-faktor yang sama. Sebaliknya meskipun CAPM mengakui adanya korelasi antar tingkat keuntungan, model tersebut tidak menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi korelasi tersebut. Baik CAPM maupun APT sama-sama berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan resiko.












Daftar Pustaka

1.      Burton, Jonathan. 1998. Revisiting The Capital Asset Pricing  Model. Dow Jones Asset Manager, May/June 1998, pp. 20-28
2.      Husnan, Suad. 2015.” Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Kelima. UPP AMP Tkpn. Yogyakarta.
3.      Herlianto, Didit. 2013. “Manajemen Investasi Plus Jurus Mendeteksi Investasi Bodong”. Gosyen Publishing. Yogyakarta.
4.      AAB Putri, RD SAMPURNO - 2012 – “Analisis Pengaruh Roa, Eps, Npm, Der Dan Pbv Terhadap Return Saham”-eprints.undip.ac.id