MAKALA CAPM DAN APT
DOSEN:
Sofyan, SE, MM, AAUI
DISUSUN OLEH:
Ahmad Faruq M
Aziz Ko Hidayat
Dede Noor Andiansyah
Ibnu Abdur Rahman
Muhammad Rivaldi
Elvira Amanda A
Zaenur Nakdis
Diffa Ramadhan
Nurhadiyanto
Musliyanto
Dimas Anjar P
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BISNIS INDONESIA
Jalan Raya Kebayoran Lama
No.46 Jakarta Barat 11560
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
CAPM pertama kali
diperkenalkan oleh Sharpe, Lintner, dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an.
Menurut Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, MBA, CWM, CAPM adalah Model yang
menghubungkan tingkat return harapan dari suatu aset berisiko dengan risiko
dari suatu aset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang.
Capital Asset Pricing
Model (CAPM) bukanlah satu-satunya teori yang mencoba menjelaskan bagaimana
suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar, atau bagaiman menentukan tingkat
keuntungan yang dipandang layak untuk suatu investasi. Ross (1976) merumuskan
suatu teori yang disebut sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT). Kalau pada
CAPM analisis dimulai dari bagaimana pemodal membentuk portofolio yang efisien
(karena market portfolio yang mempunyai kedudukan sentral dalam CAPM merupakan
portofolio yang efisien), maka APT mendasarkan diri konsep satu harga (the law
of one price ).
APT pada dasarnya
menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang
mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga
yang berbeda ( hukum satu harga). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama
tersebut dijual dengan harga yang berbeda maka akan terdapat kesempatan untuk
melakukan arbitrage, yaitu dengan membeli aktiva yang berharga murah dan
menjualnya dengan harga yang lebih tinggi pada saat yang sama sehingga dapat
diperoleh laba tanpa resiko.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang
diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana mengaplikasikan
model-model keseimbangan (CAPM (Capital Asset Pricing Model) dan APT (Arbitrage
Pricing Theory)).
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Capital
Asset Pricing Model (CAPM) merupakan sebuah model
yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkann, model
ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas Model
CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan
pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan
memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan
risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk).
Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan
harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model
mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal
yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari
mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga
mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan
para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi,
semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam
maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga
tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua
investor memiliki portofolio yang risikonya identik.
2.1.1 Risiko dan Return
Risiko investasi yang
dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and
Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1. Market
Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai
investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik
investasi mengalami capital loss. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan
sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa
yang akan datang.
2. Default
risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
3. Inflation
risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
4. Currency
risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang
dipakai oleh aset.
5. Political
risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum
karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.
Suku bunga bank sentral
tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara
tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena
itu biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral.
Capital Asset Pricing
Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Dalam
penilaian mengenai risiko biasanya saham biasa digolongkan sebagai investasi
yang berisiko. Risiko sendiri berarti kemungkinan penyimpangan perolehan aktual
dari perolehan yang diharapkan (possibility), sedangkan derajat risiko (degree
of risk) adalah jumlah dari kemungkinan fluktuasi (amount of potential
fluctuation).
Saham berisiko dapat
dikombinasi dalam sebuah portfolio menjadi investasi yang lebih rendah risiko
daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis
(systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis
(unsystematic risk). Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak
umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Systematic risks adalah
bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan
pasar saham dan tidak dapat dihindari.
2.1.2 Persamaan
CAPM
Persamaan risiko dan
perolehan (Equation Risk and Return) adalah :
Rs = Expected Return on a given risky
security
Rf = Risk-free rate
Rp = Risk premium
Bila nilai β = 1
artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar seperti yang
diukur indek pasar (market index)
β adalah ukuran dari
hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham.
Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada
pasar. β < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada
indek pasar secara umum (general market index).
Perubahan persamaan
risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor β
dinyatakan sebagai:
Rs = Expected Return on a given risky
security
Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market
as a whole
βs = Stock’s beta, yang dihitung
berdasarkan waktu tertentu
2.1.3 Resiko
Sistematis Dan Resiko Tidak Sistematis
Dalam teori portofolio
modern telah diperkenalkan bahwa risiko investor toral dapat dipisakan menjadi
dua reiko, atas dasar apakah suatu jenis resiko tertentu dapat dihilangkan
dengan sistematis dan resiko tidak sistematis. Esiko sisematis atau dikenal
dengan resiko pasar – beberapa penyebut menyebut sebagai resiko umum –
merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara
keseluruhan. Perubahan asar tersebut akn mempengaruhi variabilitasretur suatu
investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang tidak
dapat didiversifikasi.
Sedangkan resiko yang
tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan),
adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.
Resiko perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan penerbit
sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko perusahaan bisa
diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio.
2.1.4 Garis Pasar Modal (Capital Market Line)
Hubungan antara risiko
dan return portofolio efisien akan menghasilkan garis pasar sekuritas modal
(capital market line, CML), sementara hubungan antra risiko dan return
sekuritas individual akan menghasilkan garis pasar sekuritas (security market
line, CML).
Garis pasar modal
menggambarkan hubungan antara return harapan dengan resiko total dari
portofolio efisien pada pasar yang seimbang.
Slope CML dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
E(RM) - RF
= Slope
CML
σM
Slope mengindikasikan tambahan return yg
disyaratkan untuk setiap kenaikan 1% risiko portofolio
Persamaan CML :
2.1.5 Garis Pasar Sekuritas
Garis pasar sekuritas
atau security market line (SML) adalah garis yang menghubungkan tingkat retun
harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). SML digunakan
untuk menilai sekuritas secara individual pada kondisi pasar yang seimbang,
yaitu menilai tingkat return yang diharapkan dari suatu sekuritas individual
pada suatu tingkat risiko sistematis tertentu (beta). Sedangkan CML, seperti
telah dijelaskan sebelumnya, bisa dipakai untuk meniali tingkat return
diharapkan dari suatu portofolio yang efisien, pada suatu tingkat risiko
portofolio efisien tertentu (σP).
Return harapan dari sekuritas i terdiri dari dua
komponenutama penyusun tingkat return yang disayaratkan investor (required rate
of return), yaitu tingkat return yang bebas risiko dan premi risiko. Tingkat
retun yang diharapkan adalah dalam jumlah yang minimum. Retun yang diharapkan
investsor untuk berinvestasi pada suatu sekuritas tertentu. Secara sistematis,
hubungan tersebut bisa digambarkan persamaan berikut:
Ki = tingkat risiko
asset bebas risiko + premi risiko
= RF + βi [E(RM)
– Rf]
Dalam hal ini
Ki =
tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM) =
return portofolio pasar yang diharapkan
Βi =
koefisien beta sekuritas i
RF =
tingkat return bebas risiko
Dari rumus di atas kita
dapat mengetahui besarnya premi risiko untuk sekuritas i (risk premium).
Premium risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalihkan beta sekuritas
tersebut dengan premium risiko pasar (market risk premium). Sedangkan premium
risiko pasar adalah selisi antara return harapan pada portofolio pasar E(RM)
dengan tingkat return bebas risiko (RF).
Premi risiko sekuritas i = βi (market
risk premium)
= βi (E(RM) – Rf)
2.2. Pengertian Arbitrage Pricing Theory
(APT)
Konsep yang digunakan
dalam Arbitrage Pricing Theory adalah hukum satu harga (the law of the one
price). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut dengan harga yang
berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli
aktiva yang berharga murah pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang
lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko.
Ross (1975) merumuskan
suatu teori yang disebut Arbitrage Pricing Theory (APT), teori ini didasarkan
pada pemikiran yang menyatakan bahwa 2 kesempatan investasi yang mempunyai
karakteristik identik tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda, lebih
lanjut teori ini mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan dalam industri.
Korelasi diantara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena
sekuritas-sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama.
Copeland (1997)
menyatakan bahwa paling sedikit ada 3 atau 4 faktor yang mempengaruhi
perkembangan harga dari surat-surat berharga. Hal ini menunjukkan bahwa teori
APT mendorong adanya pengembangan penelitian berdasarkan variabel atau
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan sebuah sekuritas.
Faktor-faktor itu dapat dilihat dari kinerja fundamental perusahaan, kinerja
saham di pasar, ataupun keadaan pasar dan perekonomian.
APT didasari oleh pandangan bahwa return
harapan untuk suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko.
Faktor-faktor risiko
tersebut akan menunjukkan kondisi ekonomi secara umum, dan bukan merupakan
karakteristik khusus perusahaan. Faktor-faktor risiko tersebut harus mempunyai
karakteristik seperti berikut :
1. Masing-masing
factor risiko harus mempunyai pengaruh luas terhadap return saham-saham di
pasar. Kejadian-kejadian khusus yang berkaitan dengan kondisi perusahaan, bukan
merupakan factor risiko APT.
2. Faktor-faktor
risiko tersebut harus mempengaruhi return harapan. Untuk itu perlu dilakukan
pengujian secara empiris, dengan cara menganalisis return saham statistik,
untuk melihat bagaimana faktor-faktor risiko tersebut berpengaruh secara luas
terhadap return saham.
3. Pada
awal periode, factor risiko tersebut tidak dapat diprediksikan oleh karena
faktor-faktor risiko tersebut mengandung informasi yang tidak diharapkan atau
bersifat mengejutkan pasar (ada perbedaan antara nilai yang diharapkan dengan
nilai yang sebenarnya).
Dengan demikian, hal
penting yang perlu diamati adalah besarnya penyimpangan (deviasi) nilai actual
factor risiko tersebut dari yang diharapkan. Sebagai contoh, jika suku bunga
diperkirakan naik 10% per tahun, dan ternyata kenaikan tingkat suku bunga yang
terjadi adalah 15% maka penyimpangan sebesar 5% inilah yang akan mempengaruhi
return actual selama periode tersebut.
APT pada dasarnya
menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang
mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga
yang berbeda (hukum satu harga). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama
tersebut dijual dengan harga yang berbeda maka akan terdapat kesempatan untuk
melakukan arbitrage, yaitu dengan membeli aktiva yang berharga murah dan
menjualnya dengan harga yang lebih tinggi pada saat yang sama sehingga dapat
diperoleh laba tanpa risiko. Atau dengan kata lain arbitrage adalah memperoleh
laba tanpa risiko dengan memanfaatkan peluang perbedaan harga asset atau
sekuritas yang sama. Aktivitas arbitrage menjadi elemen penting pasar sekuritas
yang modern dan efisien. Karena laba arbitrage secara definisi tidak berisiko,
semua investor mempunyai insentif untuk memanfaatkan peluang tersebut jika
mereka mengetahuinya.
2.2.1 Teori Penetapan Harga Arbitrasi (APT)
Telah dijelaskan
di atas bahwa APT mendasarkan diri atas hukum satu harga. Sebelum kita
membandingkan CAPM dengan APT, marilah kita amati apa yang terjadi kalau
misalnya hukum satu harga tidak berlaku.
Arbitrase
(arbitrage), yang dalam dunia ekonomi dan keuangan adalah
praktik untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan harga yang terjadi di antara
dua pasar keuangan. Seorang
yang melakukan arbitrase disebut "arbitraser" atau
dalam istilah asing disebut juga arbitrageur. Istilah ini
utamanya digunakan dalam perdagangan instrumen keuangan seperti obligasi,
saham, derivatif, komoditi dan mata uang.
Apabila
harga pasar tidak memungkinkan dilakukannya arbitrase yang menguntungkan, maka
harga tersebut merupakan ekuilibrium arbitrase atau juga
dikenal dengan istilah arbitrage equilibrium atau pasar bebas arbitrase.
Ekulibrium atau keseimbangan arbitrase
ini adalah prakondisi dari teori keseimbangan umum atau general
equilibrium.
Meskipun demikian, APT, tidak seperti
CAPM, tidaklah mengasumsikan
a. Cakrawala
waktu satu periode,
b. Tingkat
keuntungan berdistribusi normal,
c. Mempunyai
fungsi utilitas tertentu,
d. Terdapat
atau bias diidentifikasikan, portofolio pasar, dan
e. Pemodal
bias menyimpan dan meminjam pada tingkat bunga bebas risiko.
Asumsi
yang unik untuk APT adalah bahwa pemodal bisa melakukan short selling secara
tidak terbatas.
Contoh: Misalkan APT dengan faktor
tunggal terdapat dua portofolio yang equilibrium dengan karakteristik sebagai
berikut:
Portofolio Equilibrium
|
|
|
X
|
13%
|
1,5
|
Y
|
10%
|
0,8
|
Berdasarkan data tersebut diatas buatlah
persamaan APT equilibrium?
Penyelesaian:
Persamaan;
Portofolio X⟶ 0,13
= + 1,5
Portofolio Y⟶ 0,10
= + 0,8
Selisih persamaan portofolio X dan Y;
0,03= 0,7
=
0,0429 = 4,29%
Nilai 0,13
=+ 1,5
0,13 = +
1,5 (0,0429)
0,13 =+
0,06435
= 0,13 – 0,06435
= 0,06565 = 6,56%
Maka persamaan APT equilibriumnya: =
6,56% + (4,29%)
2. Arbitrage
Pricing untuk dua factor
APT bisa merumuskan
tingkat keuntungan suatu saham yang dipengaruhi oleh lebih dari satu faktor.
Pada bagian ini akan disajikan
bagaimana proses Arbitrase akan terjadi seandainya hukum
saru harga tidak berlaku, dan pembentukan harga dipengaruhi
oleh dua faktor. Untuk itu akan disajikan contoh numerikal untuk
memperjelas ide APT,
Misalkan model dengan dua indeks berikut
ini menjelaskan bagaimana tingkat keuntungan suatu saham ditentukan.
Dalam hal ini (j
= 1 sampai 2) adalah nilai indeks j yang mempengaruhi tingkat keuntungan saham
i. adalah
tingkatan keuntungan yang diharapkan untuk saham i apabila semua indeks
mempunyai nilai nol.
menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan saham i terhadap indeks j, dan adalah random
error term.
Apabila seorang pemodal
membentuk portofolio yang diversifikasikan dengan baik, rasio residual akan
mendekati nol dan hanya risiko sistematislah yang relevan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko sistematis dalam persamaan di atas adalah .
Karena pemodal tersebut berkepentingan dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan dan risiko, ia hanya akan berkepentingan dengan .
Contoh: Misalkan kita mempunyai tiga
portofolio dengan karakteristik sebagai berikut:
Portofolio
|
|
|
|
X
|
15%
|
1,0
|
0,6
|
Y
|
14%
|
0,5
|
1,0
|
Z
|
10%
|
0,3
|
0,2
|
Berdasarkan data tersebut diatas buatlah
persamaan APT equilibrium?
Penyelesaian:
Persamaan;
Portofolio X
Portofolio Y
Portofolio Z
Dari ketiga persamaan portofolio
tersebut diatas disubstitusikan untuk mencari nilai: nilai ;
nilai dan
nilai .
Portofolio X 0,15 =
Portofolio
Y 0,14 = _
0,01 =
0,01
=
Portofolio Y 0,14 =
Portofolio
Z 0,10 = _
0,04 =
0,04 =
0,01 = x
2⟶ 0,02
=
0,04
=
x 5⟶ 0,20
= 1 –
-0,18 =0
= 0,18
=
0,0375 = 37,5%
Jika nilai diketahui
maka nilai dapat
dicari dengan menggunakan salah satu persamaan diatas (persamaan 0,01 = 0,5 -
0,4 atau
persamaan 0,04 = 0,2 +
0,8),
misal kita pakai persamaan:
0,04 = 0,2 +
0,8⟶
0,04 = 0,2 +
0,8(0,0375)
0,04 = 0,2 +
0,03 0,04 –
0,03 = 0,2
0,01 = 0,2
= 0,05 = 5%
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Aplikasi
CAPM
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Model yang dikembangkan
CAPM menjelaskan bahwa tingkat return yang diharapkan adalah penjumlahan dari
return aset bebas risiko dan premium risiko. Premium risiko dihitung dari beta
dikalikan dengan premium risiko pasar yang diharapkan. Premium risiko pasar
sendiri dihitung dari tingkat return pasar yang diharapkan dikurangi dengan
tingkat return aset bebas risiko. Bentuk matematika CAPM.
Rf
biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia
umumnya risk free aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank
Indonesia. βs didekati dengan menghitung data time series saham dengan data
return pasarnya.
Rm
didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung
mendapatkan nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara
memprediksi historisnya yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan
return IHSG tahun x-1. Dari definisi CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar
yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang periode yang lalu. Untuk
mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat return
IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara
analisis faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan
regresi dari IHSG dan faktor yang mempengaruhinya. Dan terakhir anda
harus memprediksi nilai dari faktor yang mempengaruhi IHSG untuk x periode yang
anda tentukan. Cara lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil penelitian
empiris dari peneliti lain.
Aplikasi
Menghitung Rs
Suatu
sekuritas x yang mempunyai Expected Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai
betanya 1.2, apakah sekuritas x ini layak di beli atau tidak?
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Rf = misal SBI 1 bulan saat ini adalah
0.06 (6% per tahun)
Rm = misal return IHSG yang diharapkan
saat ini adalah 0.26 (26% per tahun, didapatkan dengan cara memprediksi return)
βs = 1.2 Sehingga
Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 – 0.06)
Rs = 0.06 + 1.2 (0.2)
Rs = 0.06 + 0.24
Rs = 0.3 (30%)
Kesimpulan,
dengan nilai beta 1.2, apabila return yang diperoleh hanya 27%, maka harga
sekuritas terlalu mahal, karena return wajarnya adalah 30%
Aplikasi
Beta
Nilai
β dapat dihitung sendiri menggunakan data time series suatu saham/industri dan
time series return suatu pasar (misalnya IHSG, NYSE, dll),
Contoh perhitungan:
a. Return
saham X dibandingkan dengan pasar
tahun
1-return saham X = -0.05,
return pasar -0.12
tahun
2-return saham X = 0.05,
return pasar = 0.01
tahun
3-return saham X = 0.08,
return pasar = 0.06
tahun
4-return saham X = 0.15,
return pasar = 0.10
tahun
5-return saham X = 0.10,
return pasar = 0.05
Sehingga rata-rata return saham X adalah
0.066 dan Rata-rata return pasar adalah 0.02
b. Menghitung
deviasi return saham X
tahun
1 = -0.1160
tahun
2 = -0.0160
tahun
3 = 0.0140
tahun
4 = 0.0840
tahun
5 = 0.0340
c. Menghitung
deviasi return pasar X:
tahun
1 = -0.14000
tahun
2 = -0.0100
tahun
3 = 0.0400
tahun
4 = 0.0800
tahun
5 = 0.0300
Kalikan masing masing deviasi return
saham dengan deviasi return pasar:
tahun
1 = -0.1160 x -0.14000 = 0.0162
tahun
2 = -0.0160 x -0.0100 = 0.0002
tahun
3 = 0.0140 x 0.0400 = 0.0006
tahun
4 = 0.0840 x 0.0800 = 0.0067
tahun
5 = 0.0340 x 0.0300 = 0.0010
Jumlah
= 0.0247
Pangkat duakan deviasi return pasar
tahun
1 = -0.14000^2 = 0.0196
tahun
2 = -0.0100^2 = 0.0001
tahun
3 = 0.0400^2 = 0.0016
tahun
4 = 0.0800^2 = 0.0064
tahun
5 = 0.0300^2 = 0.0009
Jumlah
= 0.0286
Sehingga Beta untuk saham X adalah
0.0247/0.0286 = 0.86
Aplikasi
Garis Pasar Modal (Capital Market Line)
Dalam
kondisi pasar yang seimbang, terurn harapan pada portofolio pasar adalah 15%
dengan deviasi standar sebesar 20%. Tingkat return bebas risiko sebesar 8%.
Slope CML akan sebesar:
(0,15
– 0,08) : 0,20 = 0,35
Dengan
demikian, slope CML sebesar 0,35 ini dapat diartikan bahwa setiap terjadi
kenaikan 1% risiko portofolio, maka tambahan return yang disyaratkan oleh pasar
0,35%. Dengan mengetahui slope CML dan garis intersep (RF) tersebut, maka kita
dapat membentuk persamaan CML tersebut menjadi :
E(RP) = RF + E(RM) - RF
σM
Dalam hal ini :
E(RM) =
Tingkat return harapan untuk suatu portofolio yang efisien pada CML
RF =
Tingkat return pada asset yang bebas yang risiko
E(RM) =
Tingkat return portofolio pasar (M)
σM =
Deviasi standar return pada portofolio pasar
σP =
Deviasi standar portofolio efisien yang ditentukan
Dari
persamaan tersebut, terlihat bahwa tingkat return harapan dari setiap
portofolio yang efisien pada CML adalah penjumlahan tingkat retun bebas risiko
(RF) dengan hasil perkalian antara harga pasar resiko (slope CML) dan risiko
portofolio (σP) tersebut.
Dari
uraian di atas, beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari penjelasan
mengenai garis pasar modal (CML) adalah sebagai berikut :
1. Garis
pasar modal terdiri dari portofolio efisien yang merupakan kombinasi dari asset
berisiko dan asset bebas risiko.Portofolio M, merupakan portofolio yang terdiri
dari asset berisiko, atau disebut dengan portofolio pasar. Sedangkan titik RF,
merupakan pilihan asset bebas risiko. Kombinasi atau titik-titik portofolio di
sepanjang garis RF-M ini, selanjutnya merupakan portofolio yang efisien bagi
investor.
2. Slope
CML akan cenderung positif karena adanya asumsi bahwa investor bersifat risk
averse. Artinya investor hanya akan mau berinvestasi pada asset yang berisiko,
jika mendapatkan kompensasi berupa retun harapan yang lebih tinggi. Dengan
demikian, semakin besar risiko suatu investasi, semakin besar pula return
harapan.
3. Berdasarkan
data historis, adanya risiko akibat perbedaan return actual dan return harapan
akan bisa menyebabkan slope CML yang negative. Slope negative ini terjadi bila
tingkat return actual portofolio pasar lebih kecil dari tingkat keuntungan
bebas risiko.
4. Garis
pasar modal dapat digunakan untuk menentukan tingkat return harapan untuk setip
risiko portofolio yang berbeda.
Garis
Pasar Sekuritas
Ki
= tingkat risiko asset bebas risiko + premi risiko
= RF + βi [E(RM)
– Rf]
Dalam hal ini
Ki =
tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM) =
return portofolio pasar yang diharapkan
Βi =
koefisien beta sekuritas i
RF
= tingkat return bebas risiko
Dari
rumus di atas kita dapat mengetahui besarnya premi risiko untuk sekuritas i
(risk premium). Premium risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalihkan
beta sekuritas tersebut dengan premium risiko pasar (market risk premium).
Sedangkan premium risiko pasar adalah selisi antara return harapan pada
portofolio pasar E(RM) dengan tingkat return bebas risiko (RF).
Premi risiko sekuritas i = βi (market
risk premium)
= βi (E(RM) – Rf)
Diasumsikan
Beta saham PT Gudang garam adalah 0,5 dan tingkat return bebas resiko (Rf)
adalah 1,5 %. Tingkat return pasar yang diharapkan diasumsikan sebesar 2%.
Dengan demikian, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan investor untuk saham
PT Gudang Garam:
Ki
= 0,015 + 0,5 (0,02 – 0,015)
= 1,75%
3.2 Perbandingan
CAPM dengan APT
Seperti
CAPM, APT menekankan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan tergantung pada
pengaruh factor-faktor makro ekonomi dan tidak oleh risiko unik. Kita bisa
menganggap faktor-faktor yang ada dalam arbitrage pricing sebagai
portofolio-portofolio khusus yang cenderung dipengaruhi oleh pengaruh bersama.
Apabila expected risk premium masing-masing portofolio tersebut proporsional
dengan market beta portofolio, maka APT dan CAPM akan memberikan hasil yang
sama. Kalau tidak, maka hasilnya pun berbeda pula.
Apabila
kedua teori ini dibandingkan, daya tarik APT adalah bahwa kita
tidak perlu mengidentifikasikan market portofolio
( yang diperlukan untuk menghitung beta dalam CAPM). Karena itu
kita tidak perlu khawatir dengan perhitungan marketportofolio, dan
secara teoritis kita bisa menguji APT meskipun
kita hanya memiliki sejumlah saham yang berisiko. Disamping itu APT
memungkinkan pembunuhan lebih dari satu faktor untuk menjelaskan tingkat
keuntungan yang diharapkan.
APT
tidak menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pricing. Berbeda dengan
CAPM yang menyatukan semua faktor makro kedalam satu factor, yaitu return
market portofolio. Maka APT sangat bermanfaat bila kita bisa melakukan :
a. Mengidentifikasikan
tidak terlalu banyak faktor-faktor makro ekonomi
b. Mengukur
expected return dari masing-masing faktor tersebut
c. Mengukur
kepekaan masing-masing saham terhadap faktor-faktor tersebut
APT
bisa menggunakan faktor-faktor yang lebih dari satu. APT tidak menjelaskan
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan. Sehingga faktor-faktor
tersebut harus dicari dari beberapa penelitian empirik. Roll dan Ross
melaporkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan yaitu :
a. Perubahan
inflasi yang tidak diantisipasi.
b. Perubahan
Produksi Industri yang tidak diantisipasi.
c. Perubahan
dalam premi risiko (perbedaan antara obligasi dengan grade yang tinggi dengan
yang rendah) yang tidak diantisipasi.
d. Perubahan
slope dari kurva hasil (yield curve) yang tidak diantisipasi (kurva hasil
menunjukkan hubungan antara return dengan maturity).
BAB IV
KESIMPULAN
Perbedaan
antara kedua model tersebut terletak pada perlakuan APT terhadap hubungan antar
tingkat keuntungan sekuritas. APT mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan industri.
Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena sekuritas-
sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor atau faktor-faktor yang sama.
Sebaliknya meskipun CAPM mengakui adanya korelasi antar tingkat keuntungan,
model tersebut tidak menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi korelasi
tersebut. Baik CAPM maupun APT sama-sama berpendapat bahwa ada hubungan yang
positif antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan resiko.
Daftar Pustaka
1.
Burton, Jonathan. 1998. Revisiting
The Capital Asset Pricing Model. Dow Jones Asset
Manager, May/June 1998, pp. 20-28
2.
Husnan, Suad. 2015.” Dasar-Dasar
Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Kelima. UPP AMP Tkpn.
Yogyakarta.
3.
Herlianto, Didit. 2013. “Manajemen
Investasi Plus Jurus Mendeteksi Investasi Bodong”. Gosyen Publishing.
Yogyakarta.
4.
AAB Putri, RD SAMPURNO - 2012
– “Analisis Pengaruh Roa, Eps, Npm, Der Dan Pbv Terhadap Return
Saham”-eprints.undip.ac.id